AKTIVA = KEWAJIBAN + MODAL
|
Konsep tersebut menggambarkan persamaan umum
akuntansi yang berlaku di seluruh dunia. Setiap aktiva (asset) pasti memiliki
sumber pembiayaannya, dan pembiayaan tersebut dapat dilakukan dengan modal
sendiri (equity) dan/atau kewajiban/utang (liabilities).
Contohnya begini. Saya berniat berdagang CD. Untuk usaha tersebut saya
mengeluarkan tabungan sebesar Rp1.000.000. Dari uang sebesar itu, saya
pergunakan untuk membeli 1.000 CD dengan harga Rp1.000 per kepingnya. Sekarang
saya memiliki aktiva (asset) berupa CD sebesar Rp1.000.000 dimana untuk
pengadaan CD tersebut saya harus mengeluarkan modal sebesar Rp1.000.000. Kabar
gembira, usaha saya berkembang dengan baik. Seluruh CD yang saya tawarkan ke
pelanggan terjual habis dan malah mereka mulai melakukan pemesanan dalam jumlah
yang relative banyak yaitu senilai Rp10.000.000. Setelah dihitung, untuk
memenuhi kebutuhan pemesanan tersebut, ternyata saya hanya sanggup mengeluarkan
modal sebesar Rp5.000.000. Untuk memenuhi permintaan tersebut saya meminjam
uang kepada rekan saya sebesar Rp5.000.000. Sekarang saya memiliki dana sebesar
Rp10,000.000 yang dapat saya gunakan untuk membeli CD.
Ada lagi, Saya mempunyai seorang kawan yang
cukup hebat. Untuk membeli CD seharga Rp1.000.000 dia tidak mengeluarkan modal
sama sekali, tetapi seluruhnya dengan mempergunakan pinjaman yang dia peroleh
dari seorang rekannya.
Dari cerita di atas menunjukkan kepada kita
bahwa terdapat tiga cara untuk membeli CD (aktiva) yaitu :
NO
|
AKTIVA
|
Dibeli Dengan
|
UTANG
|
MODAL
|
1
2
3
|
Rp
1.000.000
Rp 10.000.000
Rp
1.000.000
|
-
Rp 5.000.000
Rp 1.000.000
|
Rp 1.000.000
Rp 5.000.000
-
|
Jadi
dalam pengadaan (membeli) barang (aktiva) tertentu, kita dapat membeli dengan
menggunakan modal kita sendiri seluruhnya, menggunakan modal kita sendiri
sebagian dan sebagian lagi dengan menggunakan dana pinjaman, dan dapat membeli
dengan mempergunakan dana pinjaman pihak ketiga seluruhnya.
Komposisi aktiva perusahaan serta komposisi
utang dan modal yang membiayainya disajikan dalam suatu laporan yang dikenal
dengan nama Neraca (Balance Sheet). Neraca umumnya disajikan dalam salah satu
dari dua bentuk yaitu bentuk skontro (account form) atau bentuk vertical
(report form). Pada bentuk skontro (account form) aktiva disajikan di sebelah
kiri (debit) sedangkan kewajiban dan modal di sebelah kanan (kredit). Pada
bentuk vertical (report form) disusun dengan urutan kebawah dimulai dari
aktiva, kewajiban dan modal. Pada dasarnya neraca terdiri dari tiga komponen
pokok, yaitu aktiva (asset), kewajiban (liabilities) dan modal (equity).
Marilah kita bahas komponen-komponen tersebut.
- AKTIVA (ASET)
Aktiva (asset) menurut definisi yang diberikan
oleh Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984 adalah sumber ekonomis perusahaan
yang juga meliputi biaya-biaya yang telah terjadi yang diakui berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku. Komponen aktiva secara umum adalah sebagai
berikut :
a. Aktiva
Lancar (Current Aset)
Aktiva Lancar (Current Aset) adalah aktiva yang dengan mudah dapat
dikonversikan ke dalam bentuk tunai atau aktiva yang dipergunakan dalam satu
siklus operasi. Patokan yang dipergunakan umumnya adalah satu tahun. Beberapa
komponen yang termasuk dalam kategori ini adalah :
1. Kas
dan Bank
Yaitu jumlah uang tunai yang ada pada perusahaan dan saldo perusahaan yang
ada pada bank yang dapat ditarik dengan segera dan tidak termasuk pinjaman
perusahaan yang masih dapat ditarik. Pos ini merupakan pos yang paling likuid.
Dan oleh karena itu selalu ditempatkan di urutan pertama pada aktiva lancar
2. Surat-Surat
Berharga
Yaitu surat-surat berharga jangka pendek seperti deposito jangka pendek,
saham yang dibeli tetapi tidak dimaksud sebagai investasi jangka panjang,
melainkan jangka pendek.
3. Piutang
Dagang
Yaitu tagihan perusahaan pada pihak lain yang timbul akibat adanya
transaksi bisnis utama secara kredit. Misalnya pada perusahaan garment. Yang
termasuk ke dalam piutang dagang adalah piutang yang timbul dari hasil
penjualan pakaian secara kredit. Jika dalam kondisi tertentu perusahaan
tersebut memberi pinjaman kepada karyawannya, piutang yang muncul dari pemberin
kredit kepada karyawan tersebut tidak dicatat sebagi piutang dagang karena
bukan merupakan piutang yang muncul dari bisnis utama.
4. Persediaan
Barang
Yaitu barang-barang yang diperjualbelikan (diperdagangkan) oleh perusahaan
dalam bisnis utamanya. Persedian ini (untuk perusahaan manufactur) terdiri dari
bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi. Sama seperti piutang
dagang.misalnya bila ternyata karena alas an tertentu perusahaan garment di
atas membeli mobil dari mitra bisnisnya tetapi rencana akan dijual kembali,
maka mobil tersebut tidak di catat sebagai persediaan.
5. Biaya
Yang Dibayar Di Muka
Yaitu biaya yang telah dikeluarkan untuk aktivitas perusahaan yang akan
datang.Beberaa contohnya adalah biaya premi asuransi, sewa gudang yang dibayar
sekaligus pada saat penandatanganan perjanjian sewa-menyewa, dan lain-lain.
Untuk pos ini sebenarnya perusahaan telah mengeluarkan uang, tetapi manfaat
dari sesuatu yang telah dibayar tersebut masih belum dirasakan. Secara berkala
pos ini akan dikurangi sebesar nilai manfaatnya sampai masa manfaatnya selesai.
6. Piutang
Lain-Lain
Yaitu tagihan perusahaan pada pihak lain yang timbul bukan dari aktivitas
utamanya seperti piutang karyawan
b. Investasi
(Investment)
Investasi adalah bentuk penyertan jangka panjang atau yang dimaksudkan
untuk menguasai perusahaan lain. Contohnya adalah saham yang dimaksud sebagai
investasi jangka panjang (penyertaan pada perusahaan lain). Pada penyertaan ini
saham yang dibeli tidak dimaksud untuk dijual dalam waktu singkat. Ini yang
membedakan antara saham yang dicatat di sini dengan saham yang dicatat di
surat-surat berharga (Marketable Scurities)
c. Aktiva
Tetap (Fixed Aset)
Aktiva tetap adalah aktiva yang berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Beberapa komponen yang termasuk
dalam kategori aktiva tetap adalah :
1. Tanah
2. Bangunan
yang telah siap atau sedang dipergunakan
3. Mesin-mesin
yang telah siap atau sedang dipergunakan
4. Peralatan
5. Kendaraan
Kecuali tanah, semua aktiva tetap lainnya disusutkan menurut metode
tertentu karena dianggap memiliki nilai ekonomis tertentu. Dan pembahasan
mengenai penyusutan akan dibahas tersendiri lebih lanjut.
d. Aktiva
Tidak Berwujud (Intangible Aset)
Yaitu hak-hak istimewa atau posisi yang menguntungkan perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan. Misalnya Hak Paten, Hak Cipta, dan lain-lain. Aktiva
ini akan di amortisasikan untuk jangka waktu tertentu. Amostisasi adalah sama
dengan penyusutan. Istilah amortisasi ini hanya dipakai untuk penyusutan aktiva
di luar aktiva tetap, seperti aktiva lain-lain dan aktiva tidak berwujud. Cara
perhitungan amortisasi ini sama dengan cara perhitungan penyusutan.
e. Aktiva
Lain-Lain (Other Aset)
Aktiva lain-lain adalah aktiva yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah
satu kategori aktiva di atas. Beberapa komponen yang termasuk dalam pos ini
adalah :
1. Biaya
Pra-Operasi
Yaitu biaya yang dikeluarkan sebelum menjalankan operasinya secara
komersial. Penjelasannya begini. Jauh sebelum perusahaan beroperasi secara
komersial, tentunya perusahaan telah mengeluarkan berbagai macam biaya, seperti
biaya akta pendirian perusahaan, biaya pengurusan izin-izin, biaya studi AMDAL,
dan biaya lain-lain. Biaya ini terkadang cukup besar. Bisa saja perusahaan
langsung membebankan seluruh biaya ini di tahun pertama operasinya sebagai pengurang
laba, akan tetapi perusahaan juga boleh mencicil biaya tersebut selama jangka
waktu tertentu. Nah, selama masa cicilan belum selesai, biaya tersebut dicatat
sebagai Biaya Pra-operasi. Bila seluruh biaya tersebut langsung dibebankan pada tahun pertama, sering
dirasakan terlalu berat. Oleh karena itu, perusahaan umumnya lebih senang
mencicil biaya tersebut. Nah, selama masa cicilan tertentu biaya pra-operasi
inilah yang diamortisasikan.
2. Bangunan
yang Masih dalam Penyelasaian
Yaitu bangunan yang pembangunannya belum selesai 100% pada saat neraca
disusun. Misalkan pada bulan Oktober perusahaan mulai membangun gedung kantor
yang diperkirakan bernilai Rp100 juta. Pada tanggal 31 Desember, saat tutup
buku (penyusunan neraca), bangunan tersebut baru selesai 20% atau Rp20 juta.
Dengan demikian , maka di neraca akan muncul pos “ Bangunan yang Masih dalam
Penyelesaian” sebesar Rp20 juta. Setelah bangunan selesai 100%, maka nilai pos
ini akan dihapus, dan sebagai gantinya, nilai bangunan 100% tersebut akan muncul
sebagai aktiva tetap dan mulai disusutkan. Selama masih belum selesai, bangunan
tersebut tidak disusutkan.
3. Mesin
dalam Instalasi
Penjelasannya sama dengan Bangunan yang Masih dalam Penyelesaian, Cuma
arahnya untuk mesin-mesin produksi yang belum selesai dipasang.
4. Aktiva
lain yang tidak dipakai dalam operasi normal perusahaan.
Aktiva disusun berdasarkan urutan
likuiditasnya, mulai dari aktiva yang paling likuid sampai ke aktiva yang tidak
likuid. Walaupun aktiva secara rinci dibagi menjadi 5 golongan seperti
diuraikan di atas, dalam prakteknya aktiva digolongkan dalam dua golongan
besar, yaitu Aktiva Lancar (Current Aset) dan Aktiva Tidak Lancar (Non-Current
Asset), atau kadang-kadang hanya dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu Aktiva
Lancar, Aktiva Tetap, dan Aktiva Lain-Lain. Dan pembagian ini hanya untuk
tujuan simplifikasi saja.
- KEWAJIBAN (LIABILITIES)
Kewajiban (Liabilities) adalah pengorbanan
ekonomis yang wajib dilakukan oleh perusahaan di masa yang akan datang dalam
bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan atau
transaksi pada masa sebelumnya. Dalam bahasa sederhana, kewajiban ini adalah
utang dari perusahaan. Komponen kewajiban (Liabilities) secara umum adalah
sebagai berikut :
a. Kewajiban
Lancar (Current Liabilities)
Kewajiban Lancar adalah utang-utang yang harus segera dilunasi oleh
perusahaan, biasanya jangka waktu utang yang digunakannya adalah satu tahun.
Beberapa komponen dalam kategori ini yang banyak ditemukan adalah :
1. Pinjaman
Jangka Pendek Dari Bank (Short Term Debt-Bank)
Yaitu saldo kredit (ditinjau dari sudut perusahaan) perusahaan pada bank
yang memiliki jangka waktu maksimum satu tahun. Yang termasuk dalam golongan
ini umumnya adalah pinjaman untuk modal kerja (working capital loan)
2. Utang
Dagang (Account Payable)
Yaitu utang perusahaan pada pihak lain yang timbul akibat adanya transaksi
bisnis. Utang dagang tidak lain adalh kredit yang diperoleh perusahaan dari
supplier.
3. Utang
Pajak (Tax Payable)
Yaitu pajak yang masih harus dibayar oleh perusahaan
4. Biaya-Biaya
Yang Masih Harus Dibayar (Accrual Expenses)
Yaitupengeluaran yang telah diakui sebagai biaya tetapi belum dibayar
tunai.
Misal :
Perusahaan biasanya membayar gaji karyawan pada tanggal 1 bulan
berikutnya. Misal gaji bulan Januari akan dibayar pada tanggal 1 Februari.
Biaya Gaji perbulan adalah Rp 30 juta. Maka pada tanggal 31 Januari perusahaan
menyusun neraca. Pada saat menyusun neraca, Gaji bulan Januari sebesar Rp 30
Juta akan dicatat sebagai Biaya Gaji Yang Masih Harus Dibayar, karena gaji tersebut
adalah gaji bulan Januari tetapi masih belum dibayar. Pembayaran baru akan
dilakukan pada tanggal 1 Februari.
5. Bagian
Dari Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo
Yaitu bagian dari utang jangka panjang perusahaan yang harus dilunasi
dalam satu tahun.
Misal :
Pada tanggal 31 Desember 2011 perusahaan menerima utang jangka panjang
sebesar Rp7.500.000 untuk jangka waktu 3 tahun dimana setiap tahun perusahaan
harus membayar cicilan pokok sebesar Rp2.500.000 terhitung dari bulan Januari
2012. Dengan demikian jadwal cicilan adalah sebagai berikut:
Tahun 2012 | Rp 2,500,000 |
Tahun 2013 | Rp 2,500,000 |
Tahun 2014 | Rp 2,500,000 |
Total | Rp 7,500,000 |
Pada tanggal 31 Desember 2011 perusahaan menyusun Neraca. Perhatikan bahwa
dari kewajiban cicilan tersebut sebesar Rp2.500.000 akan jatuh tempo pada tahun
2012, yaitu tahun setelah menerima pinjaman sebesar Rp7.500.000. Dengan
demikian ada satu bagian (sebesar Rp2.500.000) yang telah berubah menjadi
pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman yang harus dilunasi dalam jangka waktu
satu tahun. Bagian inilah yang dicatat sebagai Utang Jangka Panjang yang Jatuh
Tempo ( Current Portion of Long Term Debt )
6. Uang
Muka yang Diterima
Yaitu uang muka yang diterima perusahaan dari pelanggannya. Misalnya
perusahaan menerima setoran jaminan dari pelanggannya.
7. Utang
Lain-Lain
Yaitu utang jangka pendek perusahaan yang timbul bukan dari transaksi
bisnis. Misalnya perusahaan meminjam uang kepada mitra bisnisnya untuk jangka
waktu satu bulan.
b. Kewajiban
Jangka Panjang (Long Term Liabilities/Debt)
Kewajiban jangka panjang adalah utang-utang yang jatuh temponya di atas
satu tahun. Contohnya adalah pinjaman jangka panjang dari Bank (setelah
dikurangi dengan bagian yang jatuh tempo pada tahun yang berlangsung). Pada
kasus Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo pada tanggal 31 Desember 2011, di
Neraca akan muncul Pinjaman (kewajiban) Jangka Panjang sebesar Rp7.500.000.
c. Kewajiban
Lain-Lain (Other Liabilities)
Kewajiban lain-lain adalah kewajiban yang tidak dapat digolongkan sebagai
kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang. Beberapa contoh misalnya uang
jaminan jangka panjang yang diterima dari pelanggan, uatang pada direksi (yang
tidak memiliki jangka waktu tertentu), dan lain-lain
d. Kewajiban
Yang Disubordinasi (Subordinated Loan)
Utang yang disubordinasikan adalah pinjaman yang diperoleh berdasarkan
suatu perjanjian subordinasi dimana pinjaman ini baru dapat dibayar kembali
apabila perusahaan telah melunasi kewajiban tertentu. Dalam hal likuidasi,
pinjaman ini baru dilunasi setelah perusahaan menyelesaikan seluruh kewajiban
lainnya.
- MODAL (EKUITY)
Komponen terkahir dari Neraca adalah Modal. Yaitu selisih dari aktiva
dengan kewajiban (Utang). Modal ini tidak lain adalah investasi yang dilakukan
oleh pemilik perusahaan. Komponen dari modal ini adalah :
a. Modal
Saham (Capital Stock)
Yaitu jumlah saham yang disetor oleh para pemegang saham
b. Agio
Saham (Surplus/Premium)
Untuk Perusahaan yang telah go public (menjual saham kepada masyarakat
melalui bursa saham), pos ini sering muncul. Agio Saham merupakan selisih
antara nilai nominal saham dengan nilai jual saham tersebut pada saat penjualan
perdana.
Misal :
Perusahaan kuat.Com menerbitkan 5000 lembar saham dengan nilai nominal Rp1000
per saham. Nilai nominal adalah nilai yang ercantum di surat saham tersebut.,
dan merupakan bukti kepemilikan perusahaan. Karena perusahaan kuat.Com adalah
perusahaan bagus, masyarakat bersedia membayar Rp3000 untuk setiap lembar
saham. Dengan demikian, perusahaan kuat.Com memperoleh agio saham sebesar:
Nilai Nominal | Rp 1,000 |
Nilai Jual | Rp 3,000 |
Agio Saham | Rp 2,000 |
Total Agio Saham yang diterima adalah 5000 saham x Rp 2000 = Rp 10.000.000.
Nilai inilah yang dicatat di pos Agio Saham (Surplus). Perlu dijelaskan bahwa walaupun masyarakat membeli saham
dengan harga Rp3000 per saham, nilai kepemilikannya adalah Rp 1000, karena
berdasarkan nilai nominal yang tercantum pada lembaran saham tersebut, dan
bukan berdasarkan nilai jual saham tersebut.
c. Laba
Yang Ditahan ( Retained Earning )
Yaitu bagian dari laba yang tidak dibagi kepada para pemegang saham dalam
bentuk deviden.Pos ini selalu merupakan akumulasi dari sisa laba yang tidak
dibagi selama perusahaan beroperasi.
d. Laba
Tahun Berjalan (Profit Of current Year)
Laba Tahun Berjalan menunjukkan jumlah laba bersih yang diperoleh pada
tahun yang bersangkutan. Nilai yang dimasukan pada komponen modal ini adalah
laba bersih setelah pajak, dan setelah dikurangi oleh pembayaran deviden bila
ada.Kadang-kadang pos Laba Tahun Berjalan ini digabungkan dengan Laba yang
ditahan.
Misal :
Laba ditahan perusahaan sampai dengan 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp 1000.
Perusahaan memperoleh Laba bersih ditahun
2012 sebesar Rp2000 dan tidak diadakan pembayaran deviden. Modal saham
perusahaan adalah Rp500. Di neraca 31 Desember 2012 akan muncul sebagai
berikut:
Modal Saham | Rp 500 |
Laba Ditahan | Rp 1,000 |
Laba Tahun Berjalan | Rp 2,000 |
Total Modal Sendiri | Rp 3,500 |
Disamping cara di atas, kadang-kadang format modal sendiri dapat seperti
berikut :
Modal Saham | Rp 500 |
Laba Ditahan | Rp 3,000 |
Total Modal Sendiri | Rp 3,500 |
Dari contoh tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa :
LABA
DITAHAN AWAL TAHUN
Ditambah LABA BERSIH TAHUN
BERJALAN
Dikurangi PEMBAYARAN
DEVIDEN
LABA
DITAHAN AKHIR TAHUN
e. Selisih
Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Selisih penilaian kembali aktiva tetap adalah keuntungan yang diperoleh
sebagai akibat dari diadakannya revaluasi (penilaian kembali) aktiva
perusahaan.Pada dasrnya penilaian kembali aktiva ini tidak diperkenankan oleh
Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) karena PAI menganut penilaian aktiva
berdasarkan harga perolehan.Revaluasi
baru dapat dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah seperti pada saat
terjadinya devaluasi. Kewajiban dan Modal dicatat berdasarkan urutan jatuh
temponya (tingkat kekekalannya).
Demikianlah pembahasan mengenai cara memahami konsep neraca dalam akuntansi. Bagi teman-teman yang ingin berkonsultasi mengenai pembahasan ini bisa menghubungi saya di line 0813 1684 5354 / 0856 7966 693 atau via email di kurniawankuat@gmail.com. Terima kasih semoga bermanfaat.
Demikianlah pembahasan mengenai cara memahami konsep neraca dalam akuntansi. Bagi teman-teman yang ingin berkonsultasi mengenai pembahasan ini bisa menghubungi saya di line 0813 1684 5354 / 0856 7966 693 atau via email di kurniawankuat@gmail.com. Terima kasih semoga bermanfaat.