Artikel ini akan membahas secara lengkap bagaimana pencatatan persediaan dilakukan serta bagaimana sistem pembentuk HPP bekerja dalam laporan keuangan.
✅ 1. Persediaan dalam Neraca
Persediaan merupakan aset lancar yang menunjukkan jumlah barang yang dimiliki perusahaan pada tanggal tertentu. Pencatatan persediaan yang digunakan dalam jurnal transaksi adalah akun persediaan yang berada di Neraca, misalnya:
- Persediaan Bahan Baku
- Persediaan Dalam Proses
- Persediaan Barang Jadi
Nilai persediaan yang muncul di Neraca akhir periode nantinya digunakan dalam perhitungan HPP pada laporan laba rugi.
✅ 2. Akun–Akun dalam Harga Pokok Penjualan (HPP)
Pada laporan laba rugi, HPP terdiri dari beberapa komponen:
- Persediaan Awal
- Pembelian (impor & lokal)
- Retur Pembelian
- Potongan Pembelian
- Persediaan Akhir
Perlu dipahami bahwa akun–akun ini biasanya tidak dijurnal secara langsung. Angka–angka tersebut berasal dari saldo akhir akun persediaan (Neraca) dan akumulasi transaksi pembelian.
✅ 3. Metode Perpetual: Sistem Persediaan Paling Umum
Dalam metode perpetual, perubahan persediaan dicatat setiap terjadi transaksi. Inilah metode yang banyak dipakai oleh software akuntansi modern.
A. Jurnal Pembelian
Ketika perusahaan membeli barang:
Persediaan (D)
Hutang Usaha (K)
B. Jurnal Retur Pembelian
Jika barang dikembalikan:
Hutang Usaha (D)
Persediaan (K)
C. Potongan Pembelian
Jika pemasok memberikan diskon:
Hutang Usaha (D)
Kas (K)
Persediaan (K)
D. Jurnal Pengakuan HPP Saat Penjualan
Ketika barang dijual, perusahaan harus mengakui berkurangnya persediaan:
Harga Pokok Penjualan (D)
Persediaan (K)
✅ 4. Penyesuaian Persediaan di Akhir Periode
Di akhir bulan, perusahaan melakukan stock opname untuk mencocokkan persediaan fisik dengan catatan pembukuan. Jika terdapat perbedaan, dibuat jurnal:
Jika persediaan fisik lebih sedikit:
HPP (D)
Persediaan (K)
Jika persediaan fisik lebih banyak:
Persediaan (D)
HPP (K)
✅ 5. Contoh Lengkap Transaksi Persediaan & HPP
Berikut contoh sederhana transaksi selama bulan berjalan:
- Saldo awal persediaan: Rp 50.000.000
1. Pembelian barang (3 Januari) = Rp 50.000.000
Jurnal:
Persediaan 50.000.000 (D)
Hutang Usaha 50.000.000 (K)
2. Retur pembelian (5 Januari) = Rp 5.000.000
Jurnal:
Hutang Usaha 5.000.000 (D)
Persediaan 5.000.000 (K)
3. Potongan pembelian (10 Januari) = Rp 1.000.000
Jurnal:
Hutang Usaha 45.000.000 (D)
Kas 44.000.000 (K)
Persediaan 1.000.000 (K)
4. Penjualan barang (20 Januari) Harga pokok Rp 40.000.000 dan Penjualan Rp 64.000.000
Jurnal Penjualan:
Piutang Usaha 64.000.000 (D)
Penjualan 64.000.000 (K)
Jurnal HPP:
HPP 40.000.000 (D)
Persediaan 40.000.000 (K)
5. Stock opname (31 Januari)
Persediaan akhir: Rp 54.000.000
Tidak ada selisih → tidak ada jurnal.
✅ 6. Hasil Laporan Laba Rugi
Pendapatan
Penjualan: Rp 64.000.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal: 50.000.000
Pembelian: 50.000.000
Retur: (5.000.000)
Potongan: (1.000.000)
Persediaan Akhir: (54.000.000)
HPP = 40.000.000
Laba Kotor
64.000.000 – 40.000.000 = Rp 24.000.000
✅ Kesimpulan
Transaksi persediaan hanya dijurnal di akun Neraca, bukan ke akun “Persediaan Awal/Akhir” di HPP. Laporan HPP terbentuk otomatis dari nilai persediaan awal, pembelian bersih, dan persediaan akhir. Metode perpetual membuat setiap perubahan persediaan tercatat secara real-time. Perbandingan persediaan fisik vs buku di akhir bulan menentukan jurnal penyesuaian. Dengan memahami alur ini, Anda dapat menyusun laporan keuangan yang akurat dan meminimalkan kesalahan pencatatan persediaan.






